Beberapa Bandara di luar negeri menawar city tour gratis selama transit jika anda menggunakan maskapai tertentu. Biasanya maskapai yang digunakan harus maskapai yang hub-nya di bandara tersebut. Contohnya, di Bandara Internasional Hamad di Doha, Qatar, kita bisa mendapatkan fasilitas city tour gratis jika kita transit menggunakan maskapai Qatar Airways. Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan terbang dengan Qatar Airways dari Jakarta ke Manchester dengan transit di Doha tentunya. Saya sampai di Doha sekitar pukul 4.20 pagi kemudian menuju ke musholla untuk sholat subuh dan langsung menuju ke Concourse B setelahnya. Di Concourse B terdapat counter untuk mendaftar city tour kota Doha yang disediakan oleh Qatar Airways. Terdapat empat tur dalam sehari yaitu pada pukul 08.00, 11.00, 16.00, dan 20.00 dengan durasi sekitar tiga jam. Karena penerbangan saya berikutnya pada pukul 14.30, saya pikir masih bisa ikut tur pukul 08.00 dan saya menargetkan sampai di bandara lagi pada pukul 12.00. Tur termasuk biaya visa dan mengunjungi tempat-tempat menarik antara lain The Pearl, Katara Cultural Village, Museum of Islamic Art, dan Souq Waqif.

Konter dibuka mulai pukul 06.00 dan saya sampai di sana sekitar pukul 05.30. Ketika itu sudah banyak orang mengantri dan satu batch tur dibatasi 33 orang dengan sistem first come first served. Saya berharap masih dapat ikut tur pukul 08.00 karena saya hitung orang di depan saya tidak sampai 20 orang. Tepat pukul 06.00, petugas pun datang. Satu per satu penumpang yang telah mengantri didaftarkan. Ternyata banyak yang mendaftar untuk lebih dari satu orang. Saya semakin waswas apakah masih bisa ikut tur gratis atau tidak. Tetapi belum ada pengumuman kalau kuota tur pukul 08.00 telah penuh. Jadi saya masih agak santai. Sampai akhirnya hanya tinggal satu orang di depan saya, saya mulai tenang karena kemungkinan masih bisa ikut tur pukul 08.00. Tapi ternyata, orang yang mengantri tepat di depan saya tadi menyerahkan setumpuk paspor ke petugas untuk didaftarkan. Mungkin ada lebih dari lima paspor. Tak lama kemudian petugas pun mengumumkan kalau kuota tur pukul 08.00 telah penuh. Saya melangkah pergi dengan sedikit kecewa. Yah.. mungkin belum rezeki, pikir saya menenangkan diri. Saya tidak mungkin ikut tur pukul 11.00 karena waktunya sangat mepet dan saya tidak mau ambil risiko ketinggalan penerbangan. Saya kemudian menepi sambil berpikir untuk menghabiskan waktu di bandara ini sampai pukul 14.30 atau pergi ke kota. Sekilas tentang Bandara Internasional Hamad, bandara ini memiliki satu terminal besar yang terdiri atas 5 concourse. Sedang direncanakan pembangunan terminal kedua untuk persiapan Piala Dunia 2022. Bandara ini juga memiliki runway terpanjang di Asia Barat dan terpanjang ke delapan di dunia (per Januari 2018).

Setelah berpikir agak lama, saya akhirnya memutuskan untuk ke luar bandara saja dan melakukan city tour mandiri. Meskipun tanpa research tempat-tempat yang akan dikunjungi beserta transportasinya, dan juga saya tidak membeli sim card lokal untuk kepentingan internet, saya tetap nekat saja keluar bandara dan akan mengandalkan mulut saya untuk bertanya ke orang-orang apabila tersesat. Kalau bingung ya tinggal naik taksi balik ke bandara, pikir saya. Saya kemudian menuju ke pintu keluar bandara. Setelah selesai urusan imigrasi dan menarik uang dari ATM, saya kemudian menuju ke bus station bandara yang ditunjukkan oleh papan petunjuk. Sesampainya di bus station, saya bingung harus naik bus nomor berapa dan tujuannya ke mana. Saya kemudian nekat saja naik salah satu bus kemudian bertanya, “City Center?“, kepada supir bus. “Yes“, jawab sang supir. Saya kemudian naik bus dan menyerahkan uang pecahan 50 riyal kepada supir bus. Hanya pecahan tersebut yang saya punya karena ATM hanya mengeluarkan uang pecahan 50 riyal saja. Supir bus tersebut kemudian berbicara dalam bahasa Arab sambil jempolnya menunjuk ke dalam bus. Mungkin maksudnya, “tidak ada kembalian, masuk saja”. Saya kemudian masuk ke dalam bus dan saat itu hanya saya sendiri penumpang bus tersebut. Sebenarnya saya tidak tahu apakah di Doha ada tempat dengan sebutan City Center atau tidak, tapi saya berpikir biasanya setiap kota punya pusat, kan. Hehehe…

Tak lama kemudian, bus pun berangkat meskipun hanya ada satu penumpang yang tidak bayar di dalamnya. Mungkin karena negara tersebut memiliki pendapatan per kapita tertinggi di dunia (2016) jadi ya tidak masalah dengan kejadian seperti itu. Sepanjang perjalanan, saya menikmati pemandangan yang disuguhkan. Seperti tipikal negara-negara di Timur Tengah, cuaca Doha sangat panas bagi saya. Semakin jauh perjalanan, saya melihat pemandangan bangunan-bangunan tradisional khas Timur Tengah di sisi jalan. Terdapat juga pemandangan Museum of Islamic Art di sisi laut yang dikunjungi oleh peserta City Tour gratis yang disediakan bandara. Semakin menjauhi bandara, pemandangan berganti menjadi gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Mungkin di sinilah pusat niaga dan sisi modern dari Qatar bertempat. Saya juga berpikir ternyata City Center-nya banyak gedung-gedung bertingkat.

Lamunan saya dibuyarkan oleh supir bus yang berkata, “here.. City Center..”. Ternyata City Center memang merupakan nama sebuat tempat. Sepertinya tempat tersebut merupakan sebuah pusat perbelanjaan. Sayangnya waktu itu masih tutup sehingga saya tidak bisa melihat ke dalam. Ya sudahlah akhirnya saya hanya foto-foto di depannya saja. Pagi itu masih sangat sepi, hanya dijumpai satu dua orang di pinggir jalan dan beberapa mobil yang lewat. Apa mungkin memang begitu keadaannya setiap hari. Saya kemudian teringat salah satu tempat yang dikunjungi pada City Tour Bandara, yaitu Souq Waqif. Saya juga pernah membaca kalau Souq Waqif merupakan salah satu lokasi terbaik untuk turis di Doha.

Setelah berfoto di sekitaran City Center, saya mendatangi salah satu taksi yang sedang mangkal di depan City Center. Supir taksi kemudian menurunkan jendelanya dan bertanya kepada saya, “where to?“. “Souq Waqif”, jawab saya. “Okay“, kata supir taksi tersebut sambil membukakan pintunya untuk saya. Taksi tersebut menggunakan argo jadi saya tenang saja sambil melihat pemandangan jalan. “Where are you from? Malaysia?”, kata supir tadi membuka percakapan. Ya, orang Indonesia dan Malaysia memang mirip secara visual. “No, Indonesia”, jawab saya. “Ah.. Indonesia”, kata supir tersebut sambil mengangguk-angguk. Akhirnya saya sampai juga di Souq Waqif. Supir taksi tadi menurunkan saya di pinggir jalan dekat salah satu kios. Souq Waqif merupakan pasar tradisional yang menjual berbagai macam kain, bumbu, dan suvenir. Di dalamnya juga terdapat Falcon Souq yang menjual rajawali beserta peralatannya. Souq Waqif juga terkenal dengan restoran dan shisha-nya. Sayangnya karena saya datang terlalu pagi, masih banyak kios dan restoran yang belum buka.

Souq ini didirikan ratusan tahun yang lalu dan masih terjaga arsitektur khas Qatar-nya. Dari Souq Waqif, dapat juga terlihat Qatar Islamic Cultural Center dengan spiral-nya yang terinspirasi dari Great Mosque of Samarra di Irak. Kalau anda bermain game Age of Empires 2 pasti familiar dengan bangunan tersebut. Setelah puas berkeliling Souq, saya beristirahat di sebuah shisha lounge sambil menikmati segelas jus buah dan sandwich. Ternyata terdapat juga wifi gratis di pasar tradisional tersebut. Saya jadi bisa mengabari orang-orang tercinta yang jauh di kampung halaman. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 11.30. Tandanya saya harus menuju ke bandara lagi untuk mengejar penerbangan berikutnya.

51 respons untuk ‘Nekat City Tour di Doha

  1. Mas Andi ceritanya detail sekali, jadi serasa ikut city tour di Doha. Sekalipun tidak ikut fitur yang disediakan bandara, jalan-jalan sendiri seperti ini banyak dapat Insight juga 👍

  2. Wah, boleh juga nih kalau naik Qatar lagi. Tapi kayaknya kalau city tour di jeda penerbangan, kok sambil deg-degan takut ketinggalan pesawat, ya.

  3. Jadi kayak di film2. Gak ada orang lewat. Ahahahahaha… Seru sih keliatannya tapi gak minta minta tolong orang buat motoin ya…

    Aku blm berani ke luar negeri… Masih cemennn Mas. 😢😢

  4. Oh di Qatar bisa sendiri tanpa visa, ya ? Keren dong..biasanya yg disediakan oleh Maskapai memang tdk perlu visa, kecuali pemegang visa negara tertentu. Aku pernah City Tour di Korea tanpa visa (karena punya visa USA) dan pernah juga transit di Jepang 12 jam.. sayangnya pas mau ikut city tour suhu hanya 2 derajat dan aku emang lagi kurang sehat.

    Btw.. thanks.. kapan2 kalo transit Doha jalan2 sendiri..

  5. Kalau transit atau delay di negara maju dan naik maskapai nasionalnya enak ya. Gak bakal mati gaya. Gak kebayang kalau Indonesia ada kayak gitu. City tour di Jakarta, yang ada ketinggalan pesawat gara-gara bus city tournya kejebak macet T.T

  6. Ahhhh…. Planning ke doha masih blm jadi2.. Padahal kalo ksana aku enak, krn temen2 zaman sekolah dulu, banyak yg keterima di perusahaan qatar gas . Jadi sbnrnya gampang kalo mau traveling.. :).. Jd pgn masukin ke bucket list utk jk pendek nih..

  7. waduh Doha keren banget ya mas.
    ceritanya detail dan informatif banget. saya jadi berasa ikut jalan2 ke sana 😀

    dan setelah baca artikel ini, jadi mau ikut ke sana juga hihi
    keep writing and sharing ya mas.

    salam kenal,
    ceritaliana.com

  8. Tadi deg-degan baca pas sedang daftar ikutan city tour yang free. Tebakan awal sich bisa ikut, ternyata nggak bisa.

Tinggalkan Balasan ke andinormas Batalkan balasan